Alat Peraga Edukatif

ALAT PERAGA EDUKATIF: Adalah istilah populer di dunia Pendidikan umumnya, dan khususnya Pendidikan Anak Usia Dini. Sebagai salah satu jenis permainan yg tidak saja mengedepankan sisi edukatif (proses pembelajaran) tetapi juga unsur hiburan bagi anak-anak yg memainkannya. APE juga bermanfaat untuk berbagai macam jenis therapy bagi banyak kalangan, mulai dari anak-anak usia balita, remaja, dewasa, hingga lansia, seperti okupasi therapy, brain gyms, dll. Sayangnya, istilah APE saat ini dipahami hanya sebatas APE u/PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Sehingga eksistensi APE bagi siswa SD, SLTP, SMU, Mahasiswa, dst. seolah-olah dinafikan sama sekali keberadaannya. Selain itu, APE seringkali digambarkan sebatas permainan berupa puzzle atau mainan bongkar pasang saja. Sehingga APE lain seperti tower hanoi, balok bangun, globe, rangka/anatomi tubuh manusia, origami, lego, dll. seolah-olah identik dengan puzzle. Benarkah demikian? Mari kita cermati bersama keberadaan APE di tengah-tengah sistem pendidikan yang ada di negeri ini.

Sabtu, 07 Maret 2015

The Power of BERBISIK



The Power of BERBISIK

Ihsan,,, ga boleh loncat-loncat di tempat tidur.
Syafiii,,, ga pake bengong dong di depan TV.
Shofii,,, maemnya dihabisin ndak pareng di emut ndak pake ndoweh segala.

Hadeeh,,, tiap hari Ibu selalu karaoke teriak2 ngingetin krucil.
Apakah Bunda laen juga mengalami hal yang sama ???
Ternyata ada penjelasannya nih dan sedikit tips buat Bunda. Simak dulu yuuk!!!

Pada dasarnya setiap anak terlahir unik tidak pernah ada yg sama dan memiliki tipe dan ciri masing-masing. Sekilas saya melihat bahwa mungkin Ananda adalah tipe anak yang aktif, kreatif, suka bergerak, dan bicara. Itulah mengapa ia sering sulit mendengar ucapan orang tuanya pada saat ia sedang bergerak.
Sebenarnya Ananda sama sekali tidak bermaksud untuk membuat orang tuanya kesal apalagi marah, apa yang ia lakukan semata adalah untuk mengembangkan sistem syarafnya terutama sistem syaraf motoriknya agar kelak berkembang sempurna saat ia tumbuh besar.
Kesalahan yang paling sering dilakukan oleh para orang tua dalam mendidik anaknya adalah mengabaikan faktor-faktor penting dalam teknik berkomunikasi sehingga akhirnya seolah-olah anaknya seperti anak nakal yang tidak mau mendengar orang tuanya.

Nah apa saja faktor-faktor tersebut:
1. Faktor berkomunikasi berhadapan empat mata tanpa masing-masing melakukan aktivitas lainnya, seperti bicara sambil berkomputer ria atau bicara sambil anaknya bermain. Stop semua aktivitas apapun saat kita hendak bicara dengan anak.
2. Faktor membuat kesepakatan bersama, membuat aturan main yang jelas beserta konsekuensinya.
3. Faktor menggunakan suara datar serta bahasa yg mudah dimengerti anak, tanpa disertai bentakan atau teriakan.
4. Faktor mengingatkan anak dengan menggunakan “Bisikan”

Nah untuk lebih jelasnya berikut kami jelaskan teknik penerapannya yang mungkin bisa ibu kembangkan sesuai situasi dan kondisi yg ibu hadapi:
1. Pada saat ibu ingin bicara maka segeralah memintanya untuk berhenti bergerak dengan cara memegang kedua tangannya, kemudian memintanya untuk duduk/berdiri sejenak dan menghadapkan wajah pada kita sehingga perhatiannya terpusat pada kita.

2. Setelah dia berhenti bergerak, katakan padanya “perhatikan sebentar, Ibu mau bicara 2 menit saja, dengarkan baik-baik ya...” sambil tetap pegang kedua tangannya.

3. Bicaralah pelan-pelan tapi jelas maksudnya, apa yg anda inginkan bukan apa yg anda tidak inginkan “misalnya Ibu ingin kamu berhenti bermain remote tv mulai sekarang dan seterusnya !” penting untuk mengatakan kapan waktunya dimulai dan hingga kapan.

4. Tanyakan apakah ia mengerti apa yang anda katakan. Pastikan ia mengangguk atau mengatakan ya atau mengerti. Jauh lebih baik jika ia kita minta mengulang pesan yang kita sampaikan. Misalnya: “Coba kamu ulangi apa permintaan mami tadi” sambil kita bimbing.. “Ibu ingin Ananda berhenti bermain...dst”. Pujilah dengan mengatakan “Bagus Sekali”.

5. Jelaskan padanya aturan main konsekuensi jika ia melanggarnya, mis: “Jika kamu mainkan lagi maka kamu tidak boleh menonton film kesukaanmu hari ini,” atau apapun yang menurut ibu layak untuk sepakati.

6. Usahakan jika terjadi pelanggaran pertama anda tidak teriak malainkan datang kepadanya, pegang tangannya dan gunakan “The Power of Berbisik”. isi bisikannya bukan berupa ancaman melainkan mengingatkannya akan kesepakatan yg sudah kita buat. Mis. “Sssstttt... Syafi sini dech Ibu bisikin”, “Syafi sayang apakah kamu masing ingin nonton film kesukaan mu hari ini?” “Ibu ingatkan Syafi agar nanti malam tetap bisa nonton film lho.”

7. Jika terjadi pelanggaran terus maka tidak perlu banyak bicara, laksanakan tindakan, amankan TVnya atau bagaimana caranya agar ia tidak nonton TV malam ini dan pastikan agar ia juga mengetahui bahwa ibunya adalah orang yg tegas dan konsisten.

Teknik ini juga sangat ampuh apa bila anak kita berusaha membuat ulah di tempat-tempat umum. Selamat mencoba berbisik dan berhenti berteriak...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar