Ibu,
manager keluarga handal
Narasumber : Bu Septi Peni Wulandani
Motivasi Bekerja Ibu
Ibu rumah
tangga adalah sebutan yang biasa kita dengar untuk ibu yang bekerja di
ranah domestik. Sedangkan ibu bekerja adalah sebutan untuk ibu yang
bekerja di ranah publik.
Maka melihat definisi di atas,
sejatinya semua ibu adalah ibu bekerja, yang wajib professional menjalankan
aktivitas di kedua ranah tersebut, baik domestik maupun publik.
Apapun ranah bekerja yang ibu pilih, memerlukan
satu syarat yang sama, yaitu kita harus "SELESAI" dengan management
rumah tangga kita, kita harus merasakan rumah kita itu lebih nyaman dibandingkan
aktivitas dimanapun. Sehingga anda yang memilih sebagai ibu rumah tangga, akan
lebih professional mengerjakan pekerjaan di rumah bersama anak-anak. Anda yang
Ibu bekerja, tidak akan menjadikan bekerja di publik itu sebagai pelarian
ketidakmampuan kita di ranah domestik.
Mari kita
tanyakan pada diri sendiri, apakah motivasi kita bekerja di rumah?
a. Apakah masih
"ASAL KERJA", menggugurkan kewajiban saja?
b. Apakah
didasari sebuah "KOMPETISI ", sehingga selalu ingin bersaing dengan
keluarga lain?
c. Apakah karena
"PANGGILAN HATI", sehingga anda merasa ini bagian dari peran anda sebagai Khalifah?
Dasar motivasi
tersebut akan sangat menentukan action
kita dalam menangani urusan rumah tangga.
a. Kalau anda
masih "ASAL KERJA" maka yang terjadi akan mengalami tingkat kejenuhan
yang tinggi, anda menganggap pekerjaan ini sebagai beban, dan ingin segera lari
dari kenyataan.
b. kalau anda
didasari "KOMPETISI", maka yang terjadi anda stress, tidak suka
melihat keluarga lain sukses
c. Kalau anda
bekerja karena "PANGGILAN HATI" , maka yang terjadi anda sangat
bergairah menjalankan tahap demi tahap pekerjaan yang ada. Setiap kali selesai
satu tugas, akan mencari tugas berikutnya, tanpa MENGELUH.
Peran Ibu
Sebagai seorang
manager keluarga, maka masukkan dulu di pikiran kita "Saya Manager Keluarga",
kemudian bersikaplah, berpikirlah selayaknya seorang manager.
a.
Hargai diri anda sebagai manager keluarga, pakailah
pakaian yang layak (rapi dan chic)
saat menjalankan aktivitas anda sebagai manager keluarga. Kalau saya memakai
istilah 7 to 7, dari jam 7 pagi - 7 malam, menggantung daster, memakai pakaian
yang rapi, layak, nyaman.
b.
Rencanakan segala aktivitas yang akan anda kejakan baik
di rumah maupun di ranah publik, patuhi
c.
Buatlah skala prioritas
d.
Bangun Komitmen dan konsistensi anda dalam
menjalankannya.
Menangani kompleknya
tantangan Ibu :
a.
Put First Things
First
Letakkan sesuatu yang utama menjadi
yang pertama. Kalau buat kita yang utama dan pertama tentulah anak dan suami. -
Buatlah perencanaan sesuai skala prioritas anda hari ini- aktifkan fitur gadget
anda sebagai organizer dan reminder kegiatan kita.
b.
One Bite At A
Time
Lakukan setahap demi setahap-Lakukan
sekarang-Pantang menunda dan menumpuk pekerjaan
c.
DELEGATING
Delegasikan tugas, yang bisa
didelegasikan, entah itu ke anak-anak yang lebih besar atau ke asisten rumah
tangga kita. Ingat anda adalah manager, bukan menyerahkan begitu saja tugas
anda ke orang lain, tapi anda buat panduannya, anda latih, dan biarkan orang
lain patuh pada aturan anda, terutama untuk urusan anak. Latih-percayakan-kerjakan-ditingkatkan-latihlagi-percayakan
lagi-ditingkatkan lagi begitu seterusnya…
Perkembangan Peranan.
Tingkatkan diri
anda dari seorang kasir keluarga menjadi Manager Keuangan Keluarga. Tingkatkan
diri anda dari seorang koki keluarga menjadi Manager Gizi Keluarga
Tingkatkan diri
anda dari seorang tukang antar jemput anak sekolah menjadi Manager Pendidikan
Anak
Cari peran
apalagi, tingkatkan lagi.....dst
#PERTANYAAN#
Q : Sering kali terjadi
perencanaan jadwal liburan keluarga yang meleset karena suatu hal seperti
karena tugas mendadak yang diberikan oleh kantor suami,,Namun, anak sering kali
kecewa dan merasa tidak percaya pada orangtua walaupun sudah memberi solusi
untuk mengganti waktunya. Apakah ada cara khusus untuk menjadwalkan rencana?
A : Yg pertama
ceritakan dulu proses kerja orangtua yg bisa sewaktu2 diberi tugas. Agar mereka
paham. Selanjutnya buat plan a - z, dr rencana terbaik sampai terburuk. Dan
anak-anak sdh siap apapun yg terjadi. Kl tdk ada plan a-z pasti mereka kecewa
krn pilihannya hanya pergi dan batal
Q : Dlm
perkembangan peran ibu sbg manager rumah tangga,salah satunya meningkatkan diri
dari pengantar jemput anak menjadi manager pendidikan anak,maksudnya bagaimana?
Apakah disini perannya fifty fifty,antara
sekolah dan ibu mengajar anak kembali dirumah atau ibu semua memberi pendidikan
seperti homeschooling?
A : Banyak
orangtua yang menyerahkan sepenuhnya pendidikan itu ke sekolah. Fungsi ortu
hanya antar jemput dan tukang bayar sekolah anak. Hal ini membuat miris karena ortu
merupakan penjaga amanah dan memiliki peran penting di pendidikan anak. Dalam
mendidik anak itu juga ada menu pagi ( mulai dr bangun tidur- mau sekolah).
Menu siang (selama di sekolah). Menu malam ( pulang sekolah - mau tidur). Perlu
jadwal aktivitas bersama anak-anak sehingga lembaga sekolah dapat diajak
berkolaborasi dengan pola pendidikan di rumah, maka ortu perlu mencari sekolah yg
satu value.
Q : Bagaimana cara
yang tepat untuk seorang ayah dalam membayar hutang waktu kebersamaan dg anak
dikarenakan baru bisa bertemu setiap 10-15 hari tanpa harus mementahkan kembali
kesepakatan yg sudah dibuat oleh ibu dan anak? Misal mengenai makanan yg boleh
dikonsumsi atau waktu bermain dan menonton.
A : Libatkan pembicaraan
antara Ibu, Ayah dan anak dg media gadget. Bisa buat grup whatsapp, bbm, line,
atau skype tiap pekan. Kalau tidak memungkinkan, maka komunikasikanlah kesepakatan
- kesepakatan yg sdh dibuat agar dipatuhi Ayah saat pulang. Dan ayahpun tidak
"breaking the rules" karena
hal ini akan dicontoh oleh anak
Q : Saya sudah
mencoba mendelegasikan tugas ringan ke anak dari umur 14 - 4 th, apakah perlu memberi bintang untuk semua anak atau hanya untuk
usia 9 - 4 th saja?
A : Penerapan
bintang sebaiknya semua terlibat dan semua dapat. Bahkan Ayah dan Ibu juga
dapat bintang. Hal ini untuk menunjukkan ke anak, bahwa kita adalah teman
belajar anak.
Q: Sampai saat ini saya merupakan Ibu bekerja di
ranah publik. Waktu kerja saya cukup fleksibel, tetapi jarak rumah ke tempat
kerja sekitar 30 km. Saat ini saya berfikir untuk membawa anak saya yang umur
19bln untuk bekerja sebab selama ini dia bersama pengasuhnya. Apakah solusi itu
cukup memungkinkan, atau saya harus resign
saja.
A: Apabila di
tempat kerja ada "day care"
dan itu membuat anak nyaman, maka silakan dilanjut. Tetapi jika anak makin
tidak nyaman perlu dipertimbangkan untuk resign
Q: Saya sadar
pengetahuan agama minim, saya ingin anak mendapat pendidikan di pesantren agar
lebih paham agama daripada kami berdua namun suami kurang setuju karena melihat
lulusan ponpes yang ‘baik’ di dalam
namun begitu keluar ponpes menjadi lebih "nakal". Bagaimana menurut ibu tentang hal tersebut?
A : Menurut
pengalaman kami, sebaiknya anak dipesantrenkan itu setelah aqil baligh. Dengan syarat pola pendidikan yg mengedepankan fitrah
iman, bakat, belajar dan perkembangannya tercukupi saat pre aqil baligh. Saat pre aqil baligh, anak akan besar dengan diri
dan keluarganya. Setelah aqil baligh dia akan besar dengan diri dan
lingkungannya.
Q : Bu, bagaimana
menghadapi tuntutan keluarga mertua dan suami yang menuntut istri untuk bekerja
dan memandang sebelah mata pekerjaan ibu rumah tangga?
A : Bicarakan dulu
baik-baik dg mertua dan suami apa yg kita pahami selama ini. Kemudian berikan
bukti bukan hanya janji. Berubahlah, dan sampai mereka berkata pilihan kita
memang benar
Q: Bagaimana
proses pendelegasian sedangkan anak pertama 4th, anak kedua 1th. Apakah sudah
bisa diberi tanggung jawab & kepercayaan penuh? Karena saat bermiain
kadang-kadamg masih suka berebut?
A: Anak berebut
itu biasanya karena tidak adanya pembagian peran. Maka tugas kita adalah
berbagi peran sesuai dg usianya. Anak 4 th sdh bisa merapikan mainan sendiri.
Yg 1 th ajak untuk makan sendiri dulu.
Q: Apakah yang
dimaksud dengan menggantung daster dari jam 7 pagi sampai jam 7 malam? Apakah memakai
daster hanya cocok jika dikenakan ketika tidur saja? Karena pengalaman pribadi
akan lebih nyaman ketika memasak dengan menggunakan daster.
A: Daster itu baju
ternyaman sedunia. Saya dulu di awal jadi IRT memakai daster all day. Akhirnya saya menjalankannya
ala kadarnya, seperti yg IRT lainnya lakukan. Saya tersadar ketika tetangga
kanan kiri yang bekerja di ranah publik, cantik, rapi, harum ketika bekerja.
Saya lihat diri saya, jelek, bau bawang, kumal. Saya berpikir, makanya IRT itu
tidak membanggakan, krn saya sendiri yg memilih profesi ini juga tidak
menunjukkan kebanggaan. Perubahan mulai terjadi saat, urusan masak, dapur,
bersih-bersih saya lakukan sebelum jam 7 pagi dan setelah jam 7 malam, sesudahnya
boleh pakai daster. Diantara jeda itu saya pakai baju rapi dan bermain dengan anak,
belajar, nulis perencanaan, dll.