Alat Peraga Edukatif

ALAT PERAGA EDUKATIF: Adalah istilah populer di dunia Pendidikan umumnya, dan khususnya Pendidikan Anak Usia Dini. Sebagai salah satu jenis permainan yg tidak saja mengedepankan sisi edukatif (proses pembelajaran) tetapi juga unsur hiburan bagi anak-anak yg memainkannya. APE juga bermanfaat untuk berbagai macam jenis therapy bagi banyak kalangan, mulai dari anak-anak usia balita, remaja, dewasa, hingga lansia, seperti okupasi therapy, brain gyms, dll. Sayangnya, istilah APE saat ini dipahami hanya sebatas APE u/PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Sehingga eksistensi APE bagi siswa SD, SLTP, SMU, Mahasiswa, dst. seolah-olah dinafikan sama sekali keberadaannya. Selain itu, APE seringkali digambarkan sebatas permainan berupa puzzle atau mainan bongkar pasang saja. Sehingga APE lain seperti tower hanoi, balok bangun, globe, rangka/anatomi tubuh manusia, origami, lego, dll. seolah-olah identik dengan puzzle. Benarkah demikian? Mari kita cermati bersama keberadaan APE di tengah-tengah sistem pendidikan yang ada di negeri ini.

Senin, 23 Maret 2015

Puzzle IQ, Sederhana tapi Lebih Sulit Ketimbang Puzzle Impor

Batal Urus Izin Paten karena Kemahalan Birokrasi

Perajin kayu, Eko Witono tergolong kreatif. Di tengah membanjirnya permainan impor yang tergolong canggih dan modern, ia malah membikin permainan anak-anak berbahan kayu. Eloknya, kreasi permainan ini jauh lebih mendidik ketimbang mainan impor yang acap digerakkna denga tenaga baterai. Seperti apa permainan itu?


Di depan stan pameran di Balai Pemuda Surabaya, terlihat orang-orang lagi sibuk memainkan kayu. Permainan berbentuk kubus, limas, dan bola itu dibongkar kemudian dicoba untuk dikembalikan utuh seperti semula.

Tapi, untuk mengembalikan ke bentuk aslinya, ternyata tidak semudah membalik telapak tangan. Dibutuhkan logika tinggi untuk bisa memecahkan permainan ini. Terlihat seorang cewek berjilbab membongkar kayu-kayu menjadi beberapa bagian. Ia lantas berusaha menyusun lagi. Rupanya, niatan untuk menyusun kembali tak juga bisa dilakukan. Kedua tangannya terlihat membolak-balikkan potongan kayu berwarna kecoklatan. "Sulit juga permainan ini. Sepintas kelihatan gampang," ujar calon pembeli ini agak penasaran.

Itulah permainan Puzzle IQ kreasi Eko Witono. Pria asli Surabaya yang kini menetap di Jogjakarta ini menekuni pembuatan Puzzle IQ sejak tahun 1999. Untuk membuat permainan ini, pria lulusan IKIP Jogjakarta ini tidak cuma mengadopsi puzzle yang berkembang di beberapa negara maju, seperti Pentomino asal Jepang, Bingkai Logika asal Belanda, atau Dadu Renteng asal Prancis. "Puzzle-puzzle dari negara-negara maju ini saya kembangkan lagi. Saya tidak njiplak begitu saja," tuturnya.

Kreasi puzzle pria ini lumayan banyak. Selama tiga tahun berkiprah di dunia permainan ini, ia sudah berhasil menciptakan tak kurang dari 50 bentuk permainan. Sebagian besar permainan itu hasil pengembangan dari permainan puzzle impor.

"Saya terus mempelajari perkembangan permainan ini. Kemudian, saya berkreasi untuk menciptakan permainan baru. Saya jamin kreasi saya terus ada yang baru," tukasnya.

Diakui, untuk menciptakan permainan ini memang agak susah. Sebelum mencipta, ia juga harus bisa menyusun rumusnya. Pengalaman menarik pernah didapat. Sebelum bisa memproduksi Bingkai Logika, ia harus berjuang ekstra keras memecahkan rahasia permainan ini. Tak tanggung-tanggung, ia membutuhkan 1.5 bulan untuk bisa mendapatkan rumus permainan tersebut. "Semua permainan puzzle ada kata kuncinya. Kalau sudah ketemu, pasti mudah. Sebaliknya, kalau tidak ketemu, pengen membanting saja," kelakar pria kelahiran 1968 ini.

Menggeluti dunia permainan puzzle sudah menjadi pilihan hidupnya. Sebulan ia bisa memproduksi lebih dari 500 aneka permainan puzzle. Dari junmlah itu, dalam waktu setengah bulan, total habis terjual. "Lumayan bisa membuka lowongan pekerjaan untuk prang lain," katanya merendah.

Ditambahkan Witono, ada satu keinginan yang menjadi cita-cita besarnya. Apa itu?
Ia ingin mematenkan puzzle bikinannya. Sayang, niat untuk mematenkan hak karya intelektual itu terbentur ruwetnya birokrasi di Indonesia.
Pernah ia berusaha mengurus izin paten. Tapi, niatan itu langsung dibatalkan karena tiap satu permainan puzzle, ia harus membayar Rp 1 juta. Berarti, total biaya yang dibutuhkan untuk mematenkan 50 kreasi puzzlenya dibutuhkan dana Rp 50 juta. "Seketika itu saya batalkan. Wajar kalau karya-karya orang Indonesia banyak diakui dan diklaim sebagai karya orang luar negeri. Izinnya pakai uang sih," keluhnya.

Permainan yang bisa mengasah otak kanan ini dijual pada kisaran Rp 10-20 ribu untuk permainan tingkat dasar, Rp 25rb untuk permainan menengah, dan Rp 35 ribu untuk permainan mahir.
Agar pembeli tidak kesulitan memecahkan permainan ini, setiap pembeli diberi rumus permainan. Syaratnya, rumus itu tidak boleh dibuka sebelum berusaha memecahkan persoalan. Untuk permainan tingkat dasar, rumus baru boleh dibuka setelah tiga hari memncoba permainan tapi tidak berhasil. Sedangkan untuk permainan menengah, pemain diberi toleransi waktu seminggu, dan permainan mahir satu bulan. "Jadi setelah mentok tidak bisa menyususn seperti aslinya, baru boleh buka rumus," pintanya.

Radar Surabaya, 2004


Sabtu, 14 Maret 2015

Rintisan Awal Rumah Puzzle

Puzzle IQ : Smart Wood for Educative Thinking
(Artificial Problem Solving)

Masuk dan berkembang di Jogja sekitar akhir 1989. Dipelopori oleh Bapak Mandar Utama, jebolan ISI (Institut Seni Indonesia) Jogja. Saat itu baru ada sekitar 6-8 jenis Puzzle IQ. Sekitar pertengahan 1994 berkembang pesat menjadi sekitar 12 jenis Puzzle IQ. Namun perkembangan paling pesat terjadi sekitar awal 1998, yaitu hampir mencapai 20 jenis Puzzle IQ. Pada tahun 2002, Puzzle IQ berkembang paling cepat dan pesat hingga menyentuh angka 65 item. Sampai dengan hari ini jenis Puzzle IQ telah mencapai sekitar 115 jenis. Hanya sayangnya yang dikenal masyarakat luas tidak sampai sepertiganya saja.

Secara umum teman-teman pengrajin (sekitar 8-9 orang di Jogja),masih berorientasi pada metode "bongkar pasang" tanpa menjelaskan nilai tambah dari Puzzle IQ ini. Rintisan usaha puzzle IQ dimulai sejak awal tahun 1999 dengan bendera CV. Citra Grafika sebagai unit usaha binaan Titian Mandiri Group hingga bertransformasi menjadi Puzzle IQ Jogja di tahun 2004. Ide usaha Puzzle IQ berawal saat Eko Witono terjun sebagai tenaga marketing beberapa produsen mainan kayu yaitu “Kajeng”, “Jati Sae”, dan “Adityas”. Dari hanya sekedar mainan, jiwa pendidik Eko Witono sebagai lulusan Pendidikan Luar Sekolah IKIP Yogyakarta tahun 1990 mulai timbul untuk mendalami teori dan nilai yang terkandung dalam setiap mainan tersebut.

Misalnya Soma Cube yang dapat digunakan sebagai media belajar volume kubus, Pentomino sebagai bahan belajar luas persegi panjang, serta Japan Crystal sebagai media belajar konsep simetri. Dalam pelajaran fisika konsep gaya sentrifugal dapat diterapkan pada puzzle BalingBaling. Hingga akhirnya mainan bongkar pasang tersebut menjelma menjadi Puzzle IQ dan Eko Witono berkecimpung langsung menjadi seorang pengrajin (produsen) spesialis Puzzle IQ.

Pencapaian hasil proses pembelajaran dengan media Puzzle IQ adalah keseimbangan antara aspek kognisi,afeksi, dan psikomotor dari subjek didik. Dengan kata lain keselarasan antara perkembangan aspek IQ, EQ, dan SQ. Hanya saja Puzzle IQ lebih folus pada aspek EQ yaitu kecerdasan dengan empat kunci utama yaitu (1) kesabaran, (2) ketekunan, (3) ketelatenan, dan (4) ketelitian. 

Menurut Lynn Stren, penulis Improving Your Memory menyatakan bahwa, “Alasan utama mengapa kita lupa adalah karena kita tidak benar-benar memusatkan perhatian”. Berdasarkan buku "How to Win Friends and Influence People” yang ditulis oleh Dale Carnegie pada tahun 1936, 90% silent cortex mempunyai fungsi, yaitu pusat kontrol kognitif manusia, seperti kemampuan berpikir dan menggunakan bahasa. Potensi yang dimiliki Biil Gates, Einstein, Thomas Alva Edison berdasar dari penggunaan otak secara 100%.

Dengan demikian potensi dan achievement adalah resultan dari kerja keras dan semangat kita dalam berusaha. Penggunaan media Puzzle IQ dapat menjadi trigger untuk mengoptimalkan kinerja otak. Bahkan puzzle IQ digunakan pada terapi psikogeriatri di RSUD Dr. Soetomo untuk pencegahan, diagnosis, dan terapi gangguan fisik dan psikologik atau psikiatrik pada lanjut usia. Contoh paling poluler adalah Kubus Soma (Soma Cube) yang terdiri dari tujuh keping. Level I (kubus 3 x 3) mencapai lebih dari 240 konfigurasi kubus, dan Level II, mencapai lebih dari 50 macam konstruksi bangun dimensi tiga.

Dalam penelitian awal secara mandiri sejak 1999 sampai dengan hari ini melalui pendekatan eksperimentatif kualitatif di lapangan pada sekitar 75 kali pameran di Surabaya, Gresik, Malang, Kediri, Jogja, dan Jakarta terdapat fakta yang tidak dapat dipungkiri harus ada pembedaan tingkatan puzzle. Tidak mungkin memberikan item Puzzle IQ tingkat mahir, khususnya yg bersentuhan dengan analisa logika kepada siswa SD/SMP. Karena, mereka masih berada pada tahap perkembangan pemahaman transformasi ilmu bidang (dimensi dua) ke ilmu bangun (dimensi tiga). Dengan demikian bahwa proses transformasi kognisi, afeksi,dan psikomotor memang dan harus melalui suatu mekanisme proses (tidak instan), dan tidak mengenal adanya akselerasi (percepatan). Sehingga Puzzle IQ dapat saya kelompokkan ke dalam 3 (tiga) kesulitan, yaitu Tingkat Dasar, Menengah, dan Mahir.

Tingkat Dasar secara umum ditujukan dari mulai Pra SD (KB-TKA/B), Kelas 1-6 SD ada 15 jenis, di mulai dari usia 2 tahun sd 12 tahun. 
 


Tingkat Menengah, untuk SMP Kelas 1-3 ada 15 jenis, dari usia 12-15 tahun. 



Tingkat Mahir untuk SMA hingga Mahasiswa Tingkat Akhir, bahkan Masyarakat Umum, ada 6 jenis, dari usia 15 tahun hingga lansia.



Selanjutnya perkembangan produk-produk baru mengikuti parameter ketiga tingkat kesulitan tersebut, hingga mencapai sekitar 115 item produk. Harga disesuaikan dengan tingkatannya, Dasar rata-rata 10-15 ribu rupiah, Menengah rata-rata 20-25 ribu rupiah, dan Mahir rata-rata 30-45 ribu rupiah
Bahan baku utama produk Puzzle IQ adalah kayu jati limbah atau rendemen produksi mebel yang kemudian dibentuk menjadi reng/balok persegi panjang ukuran 2x2cm atau 3x3cm lalu dibubut sesuai dengan mal/cetakannya. Proses selanjutnya adalah perakitan sesuai dengan kepingan per unit (jenis) dan proses finishing dengan pengamplasan. Bahan baku secara umum mudah didapat dengan kisaran harga 250 - 450 ribu rupiah tiap satu bak pickup.

Ketertarikan dengan dunia pendidikan khususnya  pada alat peraga pendidikan yang mengarah pada Educative Thinking, Active Learning, Vocational Education, Artificial Problem Solving, membuat Eko Witono menekuni Puzzle IQ dan menguasai sekitar 176 item Puzzle IQ (baik kayu maupun logam/wire games). Potensi pasar dan peluang bisnis puzzle IQ masih sangat luas mengingat luasnya dunia pendidikan di Indonesia, baik ditinjau dari aspek kualitas apalagi kuantitasnya. Secara lugas dan sederhana bisa dikatakan, bahwa selama dunia pendidikan (baca: sekolah) masih ada, maka pasar Puzzle IQ masih terbuka dan terbentang luas.

Smart souvenir FOR smart people FROM smart city Jogja

Editing hasil wawancara misua dengan Majalah Pengusaha @ Cebongan, Salatiga : 14 Maret 2015

Selasa, 10 Maret 2015

Bunda, jangaaan !!!



SIKAP YANG TIDAK BOLEH DILAKUKAN ORTU PADA ANAK-ANAK

Merasa kesal pada anak-anak adalah hal yang lumrah selama orang tua tidak berlebihan. Namun ada kalanya orang tua kehilangan kontrol sehingga mereka melakukan hal-hal yang tidak pantas. Meskipun tampak normal, sikap semacam ini seharusnya dihindari.
 
Tidak peduli seberapa sibuk seorang ayah atau ibu, adalah tidak tepat untuk melakukan hal-hal yang akan menghasilkan sikap buruk pada anak-anak mereka. Terutama dalam tahap-tahap awal di mana anak-anak sedang dalam pengembangan karakter, yang kelak akan menjadi bagian tak terpisahkan dengan kepribadian mereka.

Meskipun kadang-kadang hal signifikan dapat terjadi, seperti berteriak pada anak-anak jika mereka mengganggu orang tua mereka ketika sedang sibuk dianggap sebagai hal yang umum, sebagai bentuk disiplin pada anak-anak. Namun, menurut beberapa ilmuwan, melakukan hal tersebut justru dapat memberikan efek negatif pada anak-anak. Anak-anak mungkin merasa terasing, tidak diakui, dan sebagainya.

Oleh karena itu, sesibuk apapun orang tua, atau seberapa banyak stres yang mereka miliki, mereka harus mampu mengendalikan diri dan memperlakukan anak-anak mereka dengan cara yang seharusnya. Apa saja hal-hal yang harus dihindari? Berikut adalah beberapa di antaranya:

Jangan Ganggu!
Hal ini tampaknya seperti hal yang normal. Seorang ibu sibuk memasak di rumahnya. Atau ayah sibuk membaca berita menarik di koran. Atau mungkin juga melanjutkan tugas yang dibawa dari kantor. Lalu ia mengunci diri di kamarnya. Tiba-tiba anak datang dan meminta dia untuk sebuah bantuan. Dalam situasi yang ketat, orang tua dapat berteriak pada anak itu, “Jangan ganggu aku! Aku sibuk! ”
Menurut Suzette Haden Elgin PhD., penulis yang juga seorang pelatih bela diri verbal dikutip dari parenting.com, bahwa jika orang tua bertindak seperti itu, anak-anak mungkin merasa tidak berarti karena jika mereka meminta sesuatu pada orang tua mereka, mereka akan diberitahu untuk pergi. Jika sikap seperti itu diterapkan pada anak-anak anda, maka sampai mereka tumbuh dewasa mereka akan merasa tidak ada gunanya berbicara dengan anda. Di sisi lain, Suzette menyarankan bahwa jika anda sedang benar-benar sibuk, cobalah alihkan perhatian anak-anak anda untuk melakukan kegiatan lain sebelum anda membantu mereka. Misalnya, jika mereka meminta bantuan anda dalam melakukan pekerjaan rumah mereka dan anda sedang benar-benar sibuk, mintalah mereka untuk melakukan aktivitas lain terlebih dahulu seperti menonton TV. Lalu kemudian, anda bisa datang kepada mereka untuk membantu, asalkan gangguan tersebut tidak terlalu lama.

Memberikan Pernyataan Negatif
Kadang-kadang orang tua merasa marah kepada anak-anak mereka yang tidak melakukan apa yang mereka katakan. Jika anak-anak diminta untuk melangkah maju dalam kegiatan ekstrakurikuler yang melibatkan orang tua mereka, tapi mereka menolak, maka orang tuanya berkata, “Kamu seperti orang yang pemalu!” Pada kesempatan lain jika orang tua meminta anak mereka untuk melakukan sesuatu namun ia tidak melakukannya, mereka mengatakan, “Kamu begitu malas!”
Jenis pernyataan semacam itu dapat menyakiti perasaan anak-anak anda. Mereka akan menjadi seperti yang orang tua mereka katakan. Ini akan sangat berbahaya jika pernyataan seperti “Kamu bodoh!”, “Kamu nakal!” dikatakan pada anak-anak kita.
Sebaliknya, katakanlah hal-hal positif kepada anak-anak anda. Jika anak-anak anda menerima nilai buruk, jangan mengatakan, “Kamu begitu bodoh!”; Katakan sesuatu yang lain. Sebagai contoh, katakanlah, “Jika kamu belajar lebih baik, kamu akan mendapatkan nilai yang lebih baik daripada ini karena kamu sebetulnya adalah anak pintar.”

Jangan Menangis
Berurusan dengan anak-anak yang bertengkar dengan teman-teman mereka atau merasa kecewa karena perlakuan tertentu harus dilakukan secara bijaksana. Tidak perlu untuk memarahi atau meminta anak-anak anda untuk tidak cengeng. Banyak anak yang mengalami hal tersebut, orang tua mengatakan pada mereka, “Jangan cengeng!”, “Jangan sedih!”, “Jangan takut!”
Menurut Debbie Glasser, seorang psikolog anak, mengatakan kata-kata tersebut akan mengajarkan anak-anak bahwa perasaan sedih adalah sesuatu hal yang tidak umum, bahwa menangis bukanlah hal yang baik, sedangkan menangis sendiri merupakan ekspresi dari emosi tertentu yang setiap manusia miliki.
Oleh karena itu, untuk menangani masalah ini, akan lebih baik untuk meminta anak-anak anda menjelaskan apa yang membuat mereka sedih. Jika mereka merasa diperlakukan tidak adil oleh teman-teman mereka, jelaskan pada mereka bahwa perilaku teman-teman mereka adalah tidak baik. Dengan memberikan mereka gambaran perasaan yang mereka rasakan, orang tua telah memberikan mereka pelajaran empati. Anak-anak yang menangis akan segera menghentikan atau setidaknya mengurangi tangisan mereka.

Membandingkan Anak
Memiliki lebih dari satu anak mungkin berakibat membandingkan anak anda satu sama lain. Jika anak kedua tidak bisa memakai pakaian secepat saudaranya, jangan mengatakan, “Lihatlah kakakmu, dia bisa melakukannya dengan cepat. Mengapa kamu tidak bisa melakukannya juga? ”
Perbandingan hanya akan membuat anak anda merasa bingung dan menjadi kurang percaya diri. Anak-anak bahkan mungkin membenci orang tua mereka karena mereka selalu mendapatkan perlakuan buruk dari perbandingan tersebut (terhadap kakak, adik, atau anak-anak lain), sedangkan perkembangan setiap anak berbeda.
Daripada membandingkan anak-anak anda, orang tua harus membantu untuk menyelesaikannya. Misalnya, ketika anak mengalami masalah mengenakan pakaian mereka sementara saudara mereka bisa melakukannya lebih cepat, orang tua harus membantu mereka untuk melakukannya secara benar.

Menunda
Ada kalanya seorang ayah atau seorang ibu berada di rumah bersama anak-anak mereka tetapi tanpa pasangan (suami atau istri). Ketika anak-anak melakukan kesalahan, orang tua (baik ayah atau ibu) tidak memberitahu anak-anak mereka tentang kesalahan yang mereka buat dengan segera. Misalnya, seorang anak diberitahu untuk tidak bermain dengan korek api, tapi dia tetap melakukannya. Si ibu hanya mengatakan, “Tunggu sampai ayahmu pulang.” Ini berarti menunggu sampai ayahnya yang akan menghukum nanti.
Menunda mengatakan kesalahan hanya akan memperburuk keadaan. Ada kemungkinan bahwa ketika seorang ibu atau ayah menceritakan kembali kesalahan yang dilakukan anak-anak mereka, ibu/ayah malah membesar-besarkan sehingga anak-anak menerima hukuman yang lebih dari seharusnya. Ada kemungkinan juga orang tua menjadi lupa kesalahan anak-anak mereka, sehingga kesalahan yang seharusnya dikoreksi terabaikan. Oleh karena itu, akan lebih baik untuk tidak menunda dalam mengoreksi kesalahan yang dilakukan anak-anak anda sebelum menjadi lupa sama sekali, dan jangan bergantung pada pasangan anda.

Cepatlah!
Saat sebuah keluarga pergi ke suatu acara dan seorang anak lambat dalam melakukan hal-hal, seperti mengenakan baju atau sepatu, orang tua sering berteriak, “Cepat!”
Sikap ini tidak mendidik anak-anak anda untuk melakukan hal-hal lebih cepat, apalagi jika berteriak juga disertai dengan jari menunjuk dan suara nyaring. Hal ini akan membuat anak merasa takut, bersalah, dan tidak akan membuat mereka bergerak lebih cepat.

Sikap di atas sering dipraktekkan pada anak-anak oleh orang tua mereka. Kelihatannya sederhana tetapi dapat menghasilkan karakter yang buruk jika tidak dihindari. Oleh karena itu, di kalangan masyarakat yang kondisinya tampak menyedihkan akhir-akhir ini, perbaikan harus dimulai dari keluarga, sehingga marilah kita memperlakukan anak-anak kita dengan baik.

Mulai dari sekarang...
Mulai dari keluarga kita...
Semangat...
(Sumber : Blog Aku Ingin Sukses)
.


Sabtu, 07 Maret 2015

The Power of BERBISIK



The Power of BERBISIK

Ihsan,,, ga boleh loncat-loncat di tempat tidur.
Syafiii,,, ga pake bengong dong di depan TV.
Shofii,,, maemnya dihabisin ndak pareng di emut ndak pake ndoweh segala.

Hadeeh,,, tiap hari Ibu selalu karaoke teriak2 ngingetin krucil.
Apakah Bunda laen juga mengalami hal yang sama ???
Ternyata ada penjelasannya nih dan sedikit tips buat Bunda. Simak dulu yuuk!!!

Pada dasarnya setiap anak terlahir unik tidak pernah ada yg sama dan memiliki tipe dan ciri masing-masing. Sekilas saya melihat bahwa mungkin Ananda adalah tipe anak yang aktif, kreatif, suka bergerak, dan bicara. Itulah mengapa ia sering sulit mendengar ucapan orang tuanya pada saat ia sedang bergerak.
Sebenarnya Ananda sama sekali tidak bermaksud untuk membuat orang tuanya kesal apalagi marah, apa yang ia lakukan semata adalah untuk mengembangkan sistem syarafnya terutama sistem syaraf motoriknya agar kelak berkembang sempurna saat ia tumbuh besar.
Kesalahan yang paling sering dilakukan oleh para orang tua dalam mendidik anaknya adalah mengabaikan faktor-faktor penting dalam teknik berkomunikasi sehingga akhirnya seolah-olah anaknya seperti anak nakal yang tidak mau mendengar orang tuanya.

Nah apa saja faktor-faktor tersebut:
1. Faktor berkomunikasi berhadapan empat mata tanpa masing-masing melakukan aktivitas lainnya, seperti bicara sambil berkomputer ria atau bicara sambil anaknya bermain. Stop semua aktivitas apapun saat kita hendak bicara dengan anak.
2. Faktor membuat kesepakatan bersama, membuat aturan main yang jelas beserta konsekuensinya.
3. Faktor menggunakan suara datar serta bahasa yg mudah dimengerti anak, tanpa disertai bentakan atau teriakan.
4. Faktor mengingatkan anak dengan menggunakan “Bisikan”

Nah untuk lebih jelasnya berikut kami jelaskan teknik penerapannya yang mungkin bisa ibu kembangkan sesuai situasi dan kondisi yg ibu hadapi:
1. Pada saat ibu ingin bicara maka segeralah memintanya untuk berhenti bergerak dengan cara memegang kedua tangannya, kemudian memintanya untuk duduk/berdiri sejenak dan menghadapkan wajah pada kita sehingga perhatiannya terpusat pada kita.

2. Setelah dia berhenti bergerak, katakan padanya “perhatikan sebentar, Ibu mau bicara 2 menit saja, dengarkan baik-baik ya...” sambil tetap pegang kedua tangannya.

3. Bicaralah pelan-pelan tapi jelas maksudnya, apa yg anda inginkan bukan apa yg anda tidak inginkan “misalnya Ibu ingin kamu berhenti bermain remote tv mulai sekarang dan seterusnya !” penting untuk mengatakan kapan waktunya dimulai dan hingga kapan.

4. Tanyakan apakah ia mengerti apa yang anda katakan. Pastikan ia mengangguk atau mengatakan ya atau mengerti. Jauh lebih baik jika ia kita minta mengulang pesan yang kita sampaikan. Misalnya: “Coba kamu ulangi apa permintaan mami tadi” sambil kita bimbing.. “Ibu ingin Ananda berhenti bermain...dst”. Pujilah dengan mengatakan “Bagus Sekali”.

5. Jelaskan padanya aturan main konsekuensi jika ia melanggarnya, mis: “Jika kamu mainkan lagi maka kamu tidak boleh menonton film kesukaanmu hari ini,” atau apapun yang menurut ibu layak untuk sepakati.

6. Usahakan jika terjadi pelanggaran pertama anda tidak teriak malainkan datang kepadanya, pegang tangannya dan gunakan “The Power of Berbisik”. isi bisikannya bukan berupa ancaman melainkan mengingatkannya akan kesepakatan yg sudah kita buat. Mis. “Sssstttt... Syafi sini dech Ibu bisikin”, “Syafi sayang apakah kamu masing ingin nonton film kesukaan mu hari ini?” “Ibu ingatkan Syafi agar nanti malam tetap bisa nonton film lho.”

7. Jika terjadi pelanggaran terus maka tidak perlu banyak bicara, laksanakan tindakan, amankan TVnya atau bagaimana caranya agar ia tidak nonton TV malam ini dan pastikan agar ia juga mengetahui bahwa ibunya adalah orang yg tegas dan konsisten.

Teknik ini juga sangat ampuh apa bila anak kita berusaha membuat ulah di tempat-tempat umum. Selamat mencoba berbisik dan berhenti berteriak...